Yamaha Mio , Honda Vario, dan
Suzuki Spin, sekilas memang memiliki teknologi yang sama. Tapi, apakah kita
akan mengambil salah satunya tanpa pertimbangan. Ada baiknya kita cermati
ulasan perbandingan antara ketiganya berikut ini :
1.
Yamaha Mio
Bisa dibilang Mio merupakan
bintangnya motor matik di Indonesia. Bagaimana tidak sejak
peluncurannya hingga saat ini, penjualan Mio mampu mendongkrak share penjualan
Yamaha. Kehadirannya bahkan membuat sang kakak alias Nouvo menjadi kalah
populer. Lucunya, meski diperuntukkan untuk kaum hawa, Mio terbukti laris manis
dibeli para pejantan tangguh. Kalau mau jujur, Mio berhasil mengedukasi pasar
dan membenamkan image bahwa motor matik oke-oke saja digunakan untuk aktivitas
sehari-hari.
Kalaupun
ada yang kurang dari sosok Mio adalah faktor tangki bahan bakar yang imut,
sehingga membuatnya harus sering mampir ke pompa bensin. Kapasitas tangki Mio
menurut buku manual ''cuma'' 3,7 liter — sama dengan bebek Honda. Masalahnya,
motor matik cenderung boros karena membutuhkan putaran mesin yang cukup tinggi
agar motor bisa bergerak — lebih tinggi dari motor bebek dan motor sport.
Selain itu, penyakit bawaan Mio adalah bunyi tikus di sektor roda belakang.
Dari sisi mesin, Mio tidak
menyodorkan sesuatu yang baru. Mio dikemas Yamaha dengan harga yang relatif
terjangkau — masih di bawah bebek. Dilempar dengan dua varian pada umumnya:
spoke wheel dan CW. Berhubung Mio memang si pelopor, wajar bila aksesori dan
spare parts-nya bejibun di pasaran. Termasuk racing parts dan pola modifikasi
yang bisa diterapkan konsumen pada Mio kesayangannya. Apalagi Yamaha pun membuka kontes modifikasi yang
bikin Mio tambah banyak variasi modifikasinya. Dari sisi bengkel, mekanik
Yamaha sudah duluan mengenal teknologi CVT sehingga tak perlu khawatir motor
ini tidak bisa ''diurus'' oleh bengkel.
2. Honda Vario
Yang satu ini sangat-sangat
diwaspadai oleh Yamaha. Maklum, Vario memiliki segalanya untuk meluluhlantakkan
dominasi Mio di pasar. Mengusung mesin tipe baru dengan radiator, namun
memiliki cc yang lebih kecil di bawah Mio (108 cc).
Dengan segala fitur baru
yang ditawarkan plus nama besar Honda,
pesona produk matik keluaran Honda ini membuatnya ngetop bahkan sebelum motor
ini nampak wujudnya di Tanah Air. "Rasa Mio" sangat kental di Honda
Vario ini, tetapi ada beberapa tambahan yang merupakan ciri khas Honda
disertakan dalam produk matiknya yang pertama di Indonesia ini.
Dari sisi mesin, calon
pembeli mesti waspada. Kendati nama besar, jaringan servis Honda tidak perlu
diragukan, banyak pengalaman yang tidak mengenakkan setiap kali pabrikan
me-launching motor dengan teknologi mesin baru. Ingat kasus MX? Ingat kasus
Karisma? Di mana Honda merombak teknologinya dengan meluncurkan Karisma,
seketika itu juga komplain bermunculan. Plus satu lagi, teknologi pendingin
menggunakan radiator. Terima kasih kepada Yamaha yang sudah membuat konsumen
panas-dingin dengan kasus tercampurnya oli dengan air radiator di MX. Waspada.
Diprediksikan nama besar
Honda mampu melenyapkan image bahwa motor matik boros bahan bakar. Apalagi
dengan cc mesin yang lebih kecil dari Mio, tampaknya Honda memang mengejar
irit. Sayangnya, irit tidak lagi irit bila mengingat Honda Vario mengusung
mesin baru dengan radiator. Penambahan fitur radiator memang hi-tech, tetapi
sekaligus membuat ongkos perawatannya pun bertambah. Belum lagi, Honda terkenal
dengan banyak kasus kelangkaan spareparts di pasar (NSR, Tiger, Karisma,
Sonic). Hal yang kerap membuat konsumen frustrasi.
Dari sisi kesiapan mekanik,
memang tidak perlu ragu. Dengan segala sumber daya yang dimiliki Honda, sanggup
membuat mekanik di seluruh jaringan servisnya bisa menangani motor matik. Harga
jual Honda memang tidak murah dan paling tinggi di antara pabrikan Jepang
lainnya. Vario harganya hampir setara dengan motor bebek. Hal ini tentu bisa
menjadi faktor penghambat penjualan Vario nantinya karena dianggap terlalu
mahal. Pun begitu, nama besar Honda lagi-lagi sanggup menghipnotis
konsumen sehingga label harga berapa pun asal ada logo sayap kepak, tentu bukan
masalah.
3. Suzuki Spin
Dibanding kedua
kompetitornya, keunggulan Spin cuma satu, kapasitas paling besar 125 cc.
Lainnya tergolong biasa saja. Bentuknya juga lebih condong ke Mio. Dengan
kapasitas 110 cc saja matik sudah terasa boros bila dibanding bebek, bagaimana
bila 125 cc? Ini bisa jadi kelemahan sekaligus keuntungan Spin. Penggila
kecepatan, tentu akan memilih Spin yang memiliki kapasitas terbesar.
Poin plus ada di masa servis
yang ditawarkan Suzuki, tiga tahun free service dan ganti oli. Ini sangat
menguntungkan di masa sulit seperti ini. Belum lagi soal servis dan garansi,
Suzuki yang paling andal dari dulu. Berani sekali dan jadi pelopor di antara
kompetitor lainnya. Jadi jika konsumen membeli Spin, tidak usah pusing
memikirkan servisnya. Apalagi teknologi mesin Step masih sebelas dua
belas dengan Shogun 125 series/Arashi seperti layaknya Mio dengan Vega
series/Jupiter series. Tidak menggunakan radiator. Simpel.
Sumber: http://otocontest.com/
0 comments:
Post a Comment