Saturday, April 12, 2014

5. 2 Gambar Teknik Mesin



5. 2 Gambar Teknik Mesin

Hal yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui dalam menggambar teknik adalah :

5.2.1   Proyeksi
Proyeksi adalah bayangan atau khayalan dari benda yang dipandang dan ditentukan oleh garis-garis pandang pengamat yang disebut garis proyeksi.

5.2.1.1    Proyeksi Perspektip
Kata perspektip berarti gambar pandangan. Dalam menggambar perspektip bahwa pengamatan objek berasal dari titik pandang, yaitu tempat pengamat berdiri memandang objek. Sudut pengamatan dipersempit secara relarif, hingga garis lurus tetap lurus dan menghasilkan gambar perspektip yang tidak terdistorsi.       
Karena gambar bayangan terletak pada bidang datar, maka untuk mendapatkan gambar proyeksi yang dapat dimengerti, dalam menggambar diperlukan batasan-batasan tertentu.
Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada benda bertemu di satu titik dalam ruang, yang dinamakan titik hilang. Ada tiga macam gambar perspektif, seperti perspektif satu titik (perspektif sejajar), perspektif dua titik (perspektif sudut) dan perspektif tiga titik (perspektif miring), sesuai dengan jumlah titik hilang yang dipakai.


Gambar 5.30 Proyeksi perspektif


Gambar 5.31 Pembagian Proyeksi

5.2.1.2    Proyeksi Miring (oblique)



Proyeksi miring adalah bila garis-garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi vertikal sehingga permukaan depan tergambar seperti sebenarnya. Sudut kedalamannya biasanya 30°, 45° atau 60° terhadap sumbu horizontal.
Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan pada sumbu ke dalam, misalnya ¾, ½ atau ⅓. Skala perpendekan ½ memberikan gambar yang tidak berubah, dan penggambarannya agak mudah. Gambar demikian disebut gambar Cabinet. Gambar Cabinet dengan sudut 45ยบ banyak dipakai di beberapa negara

Proyeksi miring di bagi dua, yaitu:
1.     Proyeksi kavalir adalah jika panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya.
2.      Proyeksi kabinet adalah jika panjang ke dalam setengah panjang sebenarnya.


Gambar 5.32 Proyeksi miring


5.2.1.3                      Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri adalah sebutan umum untuk pandangan yang dihasilkan oleh garis-garis suatu benda.

Gambar 5.33 Proyeksi Aksonometri

Proyeksi aksonometri di bagi menjadi 3 yaitu:
1.     Isometri
Proyeksi isometri adalah suatu bentuk proyeksi aksonometri yang didatarkan, sehingga sudut-sudut sisi sebuah bujursangkar (sudut siku-siku) menjadi 120° dan 60°.Ukuran tinggi, lebar dan dalam tetap konstan dalam perbandingan 1: 1: 1 isonometri berarti satu ukuran.


Gambar 5.34 Proyeksi isometri

2.     Dimetri
Proyeksi dimetri adalah bentuk isometri yang termodifikasi, dengan ukuran tinggi, lebar dan dalam diubah untuk memberikan kesan nyata.Biasanya dalam perbandingan 1 : 1: 0,5 atau 2 : 2 : 1 Dimetri berarti dua ukuran.

Gambar 5.35 Proyeksi dimetri

3.     Trimetri
Proyeksi trimetri adalah suatu modifikasi lebih jauh dari isometri; ketiga ukuran (tinggi, lebar dan dalam) disesuaikan. Biasanya dalam perbandingan 10 : 9 : 5 atau 6 : 5 : 4.

 Tabel 5.6  Pembagian Proyeksi

Keterangan
Dalam
Panjang
Tinggi
a:b
c:d
Isometri
1
1
1
30o
30o
Dimetri
(DIN 5)
1/2
1
1
7:8
1:8
1/3
1
1
17:18
1:18
1/4
1
1
31:32
1:32
Trimetri
2/3
5/6
1
1:3
1:5
Trimetri
1/2
9/10
1
1:3
1:11


Pada proyeksi trimetri ada 3 skala ukuran.

Gambar 5.36 Proyeksi trimetri



Gambar 5.37 Garis proyeksi trimetri

Ukuran a, b, c, d adalah ukuran perbandingan untuk menentukan kemiringan bidang kubus.
Ukuran c dan d untuk menentukan kemiringan bidang kubus sebelah kanan, a dan b untuk sebelah kiri.

5.2.1.4   Proyeksi Ortogonal
 Proyeksi ortogonal adalah jika garis-garis proyeksi tegak lurus pada bidang proyeksi. Gambar proyeksi ortogonal digunakan untuk memberikan informasi yang lengkap dan tepat dari suatu benda tiga dimensi.
Proyeksi ortogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran lengkap dari benda hanya dengan satu proyeksi saja. Oleh karena itu diambil beberapa bidang proyeksi. Biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat ditambah dengan bidang bantu di mana diperlukan. Bendanya diproyeksikan secara ortogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut pada bidang-bidang dua dimensi. Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut dapatlah diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud. Cara penggambaran demikian disebut proyeksi ortogonal.


Gambar 5.38 Proyeksi Ortogonal

Proyeksi ortogonal dibagi menjadi 2 macam :
a.   Proyeksi sistem Amerika (kwadran III)
Gambar 5.39 Simbol proyeksi  sistem Amerika

b.   Proyeksi sistem Eropa (kwadran I)
Gambar 5.40 Simbol proyeksi  sistem Eropa

Cara menggambarkannya diperlihatkan pada Gambar 5.41 dan 3.42 berdasarkan proyeksi sistem yang dipakai. Antara benda titik penglihatan di tak terhingga diletakkan sebuah bidang tembus pandang sejajar dengan bidang yang akan digambar. Pada bidang tembus pandang diambil vertical. Apa yang dilihat pada bidang tembus pandang ini merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut.
Jika benda tersebut dilihat dari depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini disebut pandangan depan. Dengan cara demikian benda tadi dapat diproyeksikan pada bidang proyeksi horizontal, pada bidang proyeksi vertical sebelah kiri atau kanan, dan masing-masing gambar disebut pandangan atas, pandangan kiri atau kanan.          Tiga, empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam satu kertas gambar, dan terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan gambaran jelas dari benda yang dimaksud.

Gambar 5.41 Penggambaran proyeksi  sistem Amerika



Gambar 5.42 Penggambaran proyeksi  sistem Eropa









Latihan
Gambarkan benda-benda ini dalam bentuk : Skala = 3 : 1


Buatlah gambar dibawah ini dalam 3 pandangan utama dengan proyeksi system Eropa dan Amerika. Skala 1 : 1





                                                                                               

5.2.2       PotonganHal-hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah potongan adalah :

5.2.2.1   Penyajian Penampang Potongan

Banyak sekali ditemui benda-benda dengan bentuk berongga-rongga di dalamnya untuk menggambarkan bagian-bagian ini digunakan garis putus-putus, yang menyatakan garis yang tidak kelihatan. Untuk mendapatkan gambar yang jelas dari bagian yang tidak kelihatan itu maka bagian yang menutupi dibuang, sehingga akan didapatkan sebuah gambar dalam bentuk potongan.
Dalam pandangan potongan merubah garis putus-putus menjadi garis tebal. Perlu diketahui bahwa bagian yang dibuang itu hanya dalam gambar potongan saja, tidak untuk gambar potongan yang lain.


Gambar 5.43 Penampang potongan

Pada umumnya bidang potong dibuat melalui sumbu dasar seperti pada Gambar 5.44 dan potongannya disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat di luar sumbu dasar. Dalam hal ini bidang potongnya harus diberi tanda, dan arah penglihatannya dinyatakan dengan anak panah.
Peraturan-peraturan umum yang berlaku untuk gambar-gambar proyeksi, berlaku juga untuk gambar potongan.

5.2.2.2     Letak Potongan dan Garis Potongan

Jika letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar, tidak diperlukan penjelasan lebih lanjut. Jika letak bidang potong tidak jelas, atau ada beberapa bidang potong, maka bidang potongnya harus diterangkan dalam gambar.
Pada gambar proyeksi bidang potong dinyatakan oleh sebuah garis potong, yang digambar dengan garis sumbu dan pada ujung-ujungnya dipertebal, dan pada tempat-tempat di mana garis potongnya berubah arah. Pada ujung-ujung garis potong diberi tanda dengan huruf besar, dan diberi anak panah yang menunjukkan arah penglihatan.

           

a.   Aturan dan cara-cara penunjukan Garis dan huruf pada  penampang potong

·        Garis penunjukan pemotongan,  ditunjukan dengan garis strip titik yang ke dua ujungnya garis tebal.
·        Kemudian diberi tanda panah mengarah pada penampang potongnya.
·        Untuk pemotongan yang bercabang atau membelok, supaya lebih jelas dapat juga digambar garis tebal pada belokannya.
·        Huruf penunjukan ukuran dituliskan di luar tanda panah, dan ditulis pada posisi tegak terhadap kertas gambar.
·        Bila potongan lebih dari satu bidang potong pada satu benda, maka untuk memperjelas dapat dituliskan huruf pada belokannya.


Gambar 5.44  Cara penunjukan garis potongan dan huruf potongan

b.      Cara-cara membuat potongan
- Tiga Potongan dalam satu bidang
·   Potongan dalam satu bidang potong melalui garis sumbu dasar.
Jika bidang potong melalui sumbu dasar, pada umumnya garis potongnya dan tanda-tanda tidak perlu dijelaskan pada gambar. (disebut potongan utama).
·   Potongan yang tidak melalui sumbu dasar
Jika potongan tidak melalui sumbu dasar, letak bidang potongnya harus dijelaskan pada garis potongnya.


Gambar 5.45 Potongan melalui Garis sumbu dasar

Gambar 5.46 Potongan tidak melalui Garis sumbu dasar

Gambar 5.47 Potongan dengan garis  bidang potong

- Tiga Potongan dalam lebih dari satu bidang :
·   Potongan dalam 2 penampang potong (Potongan meloncat).
·   Potongan oleh dua bidang berpotongan.
·   Potongan pada bidang berdampingan.

Gambar 5.48 Potongan meloncat

Gambar 5.49 Potongan dengan  dua bidang menyudut

Gambar 5.50 Potongan dengan bidang – bidang berdampingan

c.      Macam-macam potongan 

1.     Potongan penuh (memotong seluruh bagian benda)
2.     Potongan setengah (hanya separoh penampang yang dipotong)
3.     Potongan setempat/sobekkan atau potongan lokal.
Gambar 5.51 Potongan penuh

Gambar 5.52 Potongan setengah
Gambar 5.53 Potongan setempat

4.     Potongan yang diputar di tempat atau dipindahkan
Bagian benda tertentu seperti ruji roda, tuas, peleg, rusuk penguat, kait dan sebagainya, penampangnya dapat digambarkan setempat atau setelah potongan diputar kemudian dipindah ke tempat lain.
Gambar 5.54 Potongan diputar
Gambar 5.55 Potongan diputar  di tempat dan dipindahkan

5.     Susunan potongan-potongan berurutan

Potongan-potongan berurutan dapat disusun seperti pada. Hal ini diperlukan untuk memberi ukuran atau alasan lain. Potongan-potongan pada Gambar 5.57 dan semuanya terletak pada sumbu utama. Pada Gambar 5.58 masing-masing  terletak di bawah garis potongnya.


Gambar 5.56 Potongan berurutan di sebelah

Gambar 5.57 Potongan berurutan dibawah
6.     Potongan benda tipis
Penampang-penampang tipis, seperti misalnya benda-benda yang terbuat dari plat, baja profil, dsb atau paking dapat digambar dengan garis tebal, atau seluruhnya dihitamkan. Jika bagian-bagian demikian terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan putih.

Gambar 5.58 Potongan benda tipis
Gambar 5.59 Potongan benda tipis dengan ruang kosong diantaranya

Gambar 5.60 Potongan benda tipis digambar dengan garis tebal

d.               Bagian benda atau benda yang tidak boleh dipotong arah memanjang. Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong arah memanjang. Begitu pula benda-benda seperti:
·        Baut
·        Paku keling
·        Pasak
·        Poros dan sebagainya
Lihat gambar 5.60



Gambar 5.61 Bagian yang tidak boleh dipotong

5.2.2.3            Garis Arsir :
        ·          Untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan diperlukan arsir, yaitu garis-garis tipis miring.
        ·          Kemiringan garis arsir adalah 45° tehadap garis sumbu, atau garis gambar.
        ·          Sebuah benda atau benda yang sama harus diarsir dengan jarak dan kemiringan yang sama.
        ·          Untuk arsiran bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya (kemiringan), agar jelas.
        ·          Penampang-penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas yaitu hanya pada keliling saja.
        ·          Garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka, jika tidak dapat dilakukan di luar daerah arsir.


Gambar 5.62 Macam-macam model arsir

Gambar 5.63  Arsir pada potongan sejajar (meloncat)



Gambar 5.64 Arsir dari bagian-bagian yang berdampingan


Gambar 5.65 Arsir dan angka
Gambar 5.66 Arsir bagian yang luas

 

Macam-macam arsir untuk bahan yang berbeda:


 Baja, besi tuang, tembaga baja tuang, perunggu, aluminium, dll.
  Timbel  (timah hitam), timah putih, seng, dll.

 Bahan isolasi, bahan-bahan sintetis, dll.

  Batu, poroselin, marmer, keramik, dll

LATIHAN
Buat gambar di bawah ini pada kertas lain dengan skala 2 : 1


Gambarkan dalam penampang potongan saparuhnya


Gambarkan potongan penuh


Gambarkan potongan setempat dari lubang yang dibor


5.2.3     Ukuran Dan Tanda Pengerjaan
Ukuran dan tanda pengerjaan sangat diperlukan dalam gambar kerja, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengerjakan sebuah benda kerja.

5.2.3.1   Fungsi Penunjukan Ukuran Gambar
Untuk memberikan suatu penjelasan gambar yang lengkap pada suatu gambar kerja, maka semua keterangan pada gambar tersebut harus lengkap. Diantaranya adalah ukuran gambar tersebut. Sehingga dengan ukuran ini benda kerja dapat dibuat oleh pelaksana (operator).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
- Harus dipikirkan bagaimana benda tersebut dibuat dan ukuran mana yang harus diperhatikan.
-  Perencana harus memberikan ukuran-ukuran tersebut pada tempat yang tepat, benar serta mudah  dilihat.
-  Dalam gambar kerja ukuran dari suatu bagian tidak boleh ditunjukan lebih dari satu.

5.2.3.2  Cara-cara pemberian penunjukan ukuran

Beberapa bagian benda dapat diberi penunjukan ukuran dengan mudah dan sistematis dengan membagi-bagi bagian tersebut menjadi bentuk sederhana. Untuk bentuk bagian yang rumit, apabila kita analisa, maka akan kita dapatkan bentuk-bentuk berupa Silinder, Prisma, Piramid, Konis dan bentuk segi teratur lainnya.
Penunjukan ukuran dari suatu objek dapat dilakukan dengan penunjukan ukuran dari masing-masing bentuk elemennya serta menentukan bidang patokan ukuran (basis ukuran).

a.   Prinsip penunjukan ukuran
·   Satuan ukuran
Satuan ukuran adalah angka/besaran ukuran, ditentukan dalam satuan   yang sama yaitu dalam satuan mm (mili meter).
Jika dikehendaki satuan lain, misal cm (centi meter) maka satuan harus dicantumkan.
·   Garis proyeksi
Garis proyeksi atau garis bantu penunjukan ukuran, umumnya digambar tegak lurus pada bagian yang diberi ukuran, dilukis dengan garis tipis.
·        Garis petunjuk ukuran
Garisnya digambar dengan garis tipis dan diakhiri dengan tanda panah.

·        Tanda panah
Tanda panah adalah suatu tanda awal dan akhir suatu penunjukan ukuran panjang anak panah (L) diambil 12 ´ tebal garis ukuran.



Gambar 5. 67 Penunjukan ukuran

b.   Sifat-sifat penunjukan ukuran

·   Penunjukan ukuran besaran
Menunjukkan berapa panjang, lebar, tinggi dari suatu benda kerja, komponen, lubang atau alur.
·   Penunjukan ukuran kedudukan
Menunjukkan berapa jarak kedudukan lubang atau alur dan bentuk lainnya yang diukur dari suatu bidang patokan ukuran (basis ukuran).


Gambar 5. 68 Penunjukan ukuran besaran



Gambar 5. 69 Penunjukan ukuran kedudukan

·   Penunjukan ukuran pembantu
Pemberian ukuran berlebihan harus dihindari. Bila harus dicantumkan maka pencan-tumannya harus dalam tanda kurung (…….) yang disebut ukuran pembantu.

 

Gambar 5. 70 Penunjukan ukuran pembantu


c.   Sistem penunjukan ukuran

·   Penunjukan ukuran sistem berantai
Digunakan apabila jarak setiap lubang lebih berfungsi dari panjang keseluruhan.



Gambar 5. 71  Penunjukan ukuran sistem berantai


·   Penunjukan ukuran sistem paralel/sejajar
Penunjukan ukuran dari satu patokan yang sama dan jarak antara setiap lubang tidak begitu berfungsi


Gambar 5. 72 Penunjukan ukuran sistem sejajar


·   Penunjukan ukuran gabungan (kombinasi)
Penunjukan sistem ini paling banyak dipakai yaitu peng-gunaan dari sistem berantai dan sejajar.

Gambar 5.73  Penunjukan ukuran sistem kombinasi


·   Penunjukan ukuran dalam dan luar
Penunjukan ukuran dalam dan luar harus dipisahkan sejauh  mungkin.

Salah                benar

Gambar 5. 74 Penunjukan ukuran   Dalam dan luar


d.     Penggolongan penunjukan ukuran
Penunjukan ukuran fungsi (F) Digunakan untuk menentukan suatu bentuk ukuran dan posisi komponen, ditinjau langsung terhadap fungsi dari benda kerja atau susunan tersebut, yang dianggap paling penting.
·   Penunjukan ukuran non fungsi (NF)
Digunakan apabila memberikan penunjukan ukuran suatu bentuk, posisi yang tidak ditinjau dari fungsinya, melainkan ditinjau terhadap hal lain, misalnya pertimbangan kekuat-an, pengerjaan, pengecekan ukuran dan lain sebagainya.


·   Penunjukan ukuran pembantu (H)
Adalah penunjukan ukuran tambahan, yang berfungsi sebagai pembantu operator agar tidak menghitung sisa ukurannya.

Gambar 5.75 Penampang ulir luar dan ulir dalam


Gambar 5.76  Penunjukan ukuran fungsi  dan non fungsi

e.     Pengaturan Penunjukan Ukuran
·   Penunjukan ukuran champer
Gambar 5.77  Penunjukan ukuran champer

Jika sudut champer 45° maka penunjukan ukuran dapat seperti gambar di bawah ini.


Gambar 5.78  Penunjukan ukuran champer 45o

·   Penunjukan ukuran untuk jarak yang sama

Metode ini digunakan, apabila jarak pengambilan dalam gambar sama atau bentuk yang teratur.
Gambar 5.79  Penunjukan ukuran  jarak panjang yang sama

Gambar 5.80  Penunjukan ukuran sudut yang sama

Gambar 5.81  Penunjukan ukuran untuk bidang simetris

·   Penunjukan ketirusan
Simbol penunjukan tirus yang beraturan, letak simbol harus sesuai dengan arah tirusnya.


Gambar 5.82  Simbol penunjukan tirus


Gambar 5.83  Penunjukan ukuran tirus

·   Penunjukan kemiringan
Simbol untuk kemiringan bidang datar yang beraturan, dan ditunjukkan sesuai dengan arah dari kemiringan.

Gambar 5.84 Simbol penunjukan kemiringan


Gambar 5.85  Penunjukan ukuran kemiringan

·   Penunjukkan ukuran khusus dapat digambar miring, tetapi dengan yang lainnya harus sejajar.
Gambar 5.86  Penunjukan ukuran khusus
·   Penunjukkan ukuran ujungnya mempunyai sudut, radius di champer.
Gambar 5.87  Penunjukan ukuran  bidang menyudut
·   Penunjukan ukuran tali busur, lengkung dan sudut
 Gambar 5.88 Penunjukan ukuran  tali busur, lengkung dan sudut
·   Penunjukan ukuran untuk pandangan sebagian
Gambar 5.89 Penunjukan ukuran Pandangan sebagian

·   Penunjukkan ukuran untuk Radius :

5.      Untuk lubang harus ditandai dengan diameter f, dan untuk lengkung ditandai dengan Radius R.
6.         Penunjukkan radius, tetapi alur yang berujung radius cukup dengan lebarnya
7.         Penunjukkan lubang atau poros yang berulir harus dicantumkan pada diameter  yang terbesar dari ulir tersebut.


Gambar 5.90 Penunjukan ukuran radius


Gambar 5.91 Penunjukan ukuran alur lubang


Gambar 5.92 Penunjukan ukuran poros berulir


Gambar 5.93 Penunjukan ukuran lubang berulir

·   Penunjukan Huruf dan tanda-tanda untuk pelengkap




Gambar 5.94 Penunjukan huruf  dan simbol pelengkap yang benar

Gambar 5.95  Penunjukan symbol  pelengkap  harus dihilangkan


Gambar 5.96  Penunjukan perintah


Gambar 5.97 Penunjukkan  ketebalan material

·   Penunjukkan untuk radius atau diameter dari suatu bentuk “bola”, angka ukuran harus didahului oleh kata “bola” atau S (Share)
Gambar 5.98  Penunjukan symbol  bentuk bola


Gambar 5.99 Penunjukan symbol  bentuk lubang bola

·   Pemberian tanda-tanda khusus

Apabila dari suatu komponen/bagian, sebagaian permukaan yang harus dikerjakan lanjut, maka permukaan tersebut diberi tanda dengan garis strip-strip titik tebal.



Gambar 5.100 Penunjukan tanda khusus pengerjaan lanjut

 

0 comments:

MAJALAH OTOMOTIF

LINK ME

www.m-edukasi.web.id blog guru
Sahabat Edukasi
PRODUKTIF AREA. Powered by Blogger.