5. 2 Gambar Teknik Mesin
Hal yang tidak kalah
pentingnya untuk diketahui dalam menggambar teknik adalah :
5.2.1
Proyeksi
Proyeksi adalah bayangan
atau khayalan dari benda yang dipandang dan ditentukan oleh garis-garis pandang
pengamat yang disebut garis proyeksi.
5.2.1.1
Proyeksi Perspektip
Kata
perspektip berarti gambar pandangan. Dalam menggambar
perspektip bahwa pengamatan objek berasal dari titik pandang, yaitu tempat
pengamat berdiri memandang objek. Sudut pengamatan dipersempit secara relarif,
hingga garis lurus tetap lurus dan menghasilkan gambar perspektip yang tidak
terdistorsi.
Karena
gambar bayangan terletak pada bidang datar, maka untuk mendapatkan gambar
proyeksi yang dapat dimengerti, dalam menggambar diperlukan batasan-batasan
tertentu.
Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada benda bertemu di satu
titik dalam ruang, yang dinamakan titik hilang. Ada tiga macam gambar
perspektif, seperti perspektif satu titik (perspektif sejajar), perspektif dua
titik (perspektif sudut) dan perspektif tiga titik (perspektif miring), sesuai
dengan jumlah titik hilang yang dipakai.
Gambar 5.30 Proyeksi
perspektif
Gambar
5.31 Pembagian Proyeksi
5.2.1.2 Proyeksi Miring (oblique)
Proyeksi miring adalah
bila garis-garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi vertikal
sehingga permukaan depan tergambar seperti sebenarnya. Sudut kedalamannya
biasanya 30°, 45° atau 60° terhadap sumbu horizontal.
Oleh karena itu
sering kali dipergunakan skala perpendekan pada sumbu ke dalam, misalnya ¾, ½
atau ⅓. Skala perpendekan ½ memberikan gambar yang tidak berubah,
dan penggambarannya agak mudah. Gambar demikian disebut gambar Cabinet. Gambar
Cabinet dengan sudut 45ยบ banyak dipakai di beberapa negara
Proyeksi miring di bagi dua, yaitu:
1.
Proyeksi kavalir adalah jika
panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya.
2.
Proyeksi
kabinet adalah jika panjang ke dalam setengah panjang sebenarnya.
Gambar 5.32 Proyeksi
miring
5.2.1.3
Proyeksi Aksonometri
Proyeksi Aksonometri
adalah sebutan umum untuk pandangan yang dihasilkan oleh garis-garis suatu
benda.
Gambar
5.33 Proyeksi Aksonometri
Proyeksi aksonometri di bagi menjadi 3 yaitu:
1.
Isometri
Proyeksi isometri adalah
suatu bentuk proyeksi aksonometri yang didatarkan, sehingga sudut-sudut sisi
sebuah bujursangkar (sudut siku-siku) menjadi 120° dan 60°.Ukuran tinggi, lebar dan
dalam tetap konstan dalam perbandingan 1: 1: 1 isonometri berarti satu ukuran.
Gambar
5.34 Proyeksi isometri
2.
Dimetri
Proyeksi dimetri adalah
bentuk isometri yang termodifikasi, dengan ukuran tinggi, lebar dan dalam
diubah untuk memberikan kesan nyata.Biasanya dalam perbandingan 1 : 1: 0,5 atau
2 : 2 : 1 Dimetri berarti dua ukuran.
Gambar 5.35 Proyeksi dimetri
3.
Trimetri
Proyeksi trimetri adalah
suatu modifikasi lebih jauh dari isometri; ketiga ukuran (tinggi, lebar dan
dalam) disesuaikan. Biasanya dalam perbandingan 10 : 9 : 5 atau 6 : 5 : 4.
Tabel 5.6 Pembagian Proyeksi
Keterangan
|
Dalam
|
Panjang
|
Tinggi
|
a:b
|
c:d
|
Isometri
|
1
|
1
|
1
|
30o
|
30o
|
Dimetri
(DIN 5)
|
1/2
|
1
|
1
|
7:8
|
1:8
|
1/3
|
1
|
1
|
17:18
|
1:18
|
|
1/4
|
1
|
1
|
31:32
|
1:32
|
|
Trimetri
|
2/3
|
5/6
|
1
|
1:3
|
1:5
|
Trimetri
|
1/2
|
9/10
|
1
|
1:3
|
1:11
|
Pada proyeksi trimetri
ada 3 skala ukuran.
Gambar
5.36 Proyeksi trimetri
Gambar
5.37 Garis proyeksi trimetri
Ukuran a, b, c, d adalah ukuran perbandingan untuk
menentukan kemiringan bidang kubus.
Ukuran c dan d untuk
menentukan kemiringan bidang kubus sebelah kanan, a dan b untuk sebelah kiri.
5.2.1.4 Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah
jika garis-garis proyeksi tegak lurus pada bidang proyeksi. Gambar proyeksi
ortogonal digunakan untuk memberikan informasi yang lengkap dan tepat dari
suatu benda tiga dimensi.
Proyeksi ortogonal
pada umumnya tidak memberikan gambaran lengkap dari benda hanya dengan satu
proyeksi saja. Oleh karena itu diambil beberapa bidang proyeksi. Biasanya
diambil tiga bidang tegak lurus, dan dapat ditambah dengan bidang bantu di mana
diperlukan. Bendanya diproyeksikan secara ortogonal pada tiap-tiap bidang
proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut pada bidang-bidang dua dimensi.
Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut dapatlah diperoleh
gambaran jelas dari benda yang dimaksud. Cara penggambaran demikian disebut
proyeksi ortogonal.
Gambar
5.38 Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal dibagi menjadi 2 macam :
a.
Proyeksi
sistem Amerika (kwadran III)
Gambar
5.39 Simbol proyeksi sistem Amerika
b.
Proyeksi
sistem Eropa (kwadran I)
Gambar
5.40 Simbol proyeksi sistem Eropa
Cara menggambarkannya
diperlihatkan pada Gambar 5.41 dan 3.42 berdasarkan proyeksi sistem yang
dipakai. Antara benda titik penglihatan di tak terhingga diletakkan sebuah
bidang tembus pandang sejajar dengan bidang yang akan digambar. Pada bidang
tembus pandang diambil vertical. Apa yang dilihat pada bidang tembus pandang
ini merupakan gambar proyeksi dari benda tersebut.
Jika
benda tersebut dilihat dari depan, maka gambar pada bidang tembus pandang ini
disebut pandangan depan. Dengan
cara demikian benda tadi dapat diproyeksikan pada bidang proyeksi horizontal,
pada bidang proyeksi vertical sebelah kiri atau kanan, dan masing-masing gambar
disebut pandangan atas, pandangan kiri atau kanan. Tiga, empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam
satu kertas gambar, dan terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan
gambaran jelas dari benda yang dimaksud.
Gambar
5.41 Penggambaran proyeksi sistem
Amerika
Gambar 5.42 Penggambaran proyeksi sistem Eropa
Latihan
Gambarkan
benda-benda ini dalam bentuk : Skala = 3 : 1
Buatlah gambar dibawah ini dalam 3 pandangan utama
dengan proyeksi system Eropa dan Amerika. Skala 1 : 1
5.2.2 PotonganHal-hal
yang perlu diperhatikan dalam sebuah potongan adalah :
5.2.2.1 Penyajian Penampang Potongan
Banyak
sekali ditemui benda-benda dengan bentuk berongga-rongga di dalamnya untuk
menggambarkan bagian-bagian ini digunakan garis putus-putus, yang menyatakan
garis yang tidak kelihatan. Untuk mendapatkan gambar yang jelas dari bagian
yang tidak kelihatan itu maka bagian yang menutupi dibuang, sehingga akan
didapatkan sebuah gambar dalam bentuk potongan.
Dalam pandangan potongan
merubah garis putus-putus menjadi garis tebal. Perlu diketahui bahwa bagian
yang dibuang itu hanya dalam gambar potongan saja, tidak untuk gambar potongan
yang lain.
Gambar
5.43 Penampang potongan
Pada umumnya bidang
potong dibuat melalui sumbu dasar seperti pada Gambar 5.44 dan potongannya
disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat di luar
sumbu dasar. Dalam hal ini bidang potongnya harus diberi tanda, dan arah
penglihatannya dinyatakan dengan anak panah.
Peraturan-peraturan
umum yang berlaku untuk gambar-gambar proyeksi, berlaku juga untuk gambar
potongan.
5.2.2.2 Letak Potongan dan Garis Potongan
Jika
letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar, tidak diperlukan penjelasan
lebih lanjut. Jika
letak bidang potong tidak jelas, atau ada beberapa bidang potong, maka bidang
potongnya harus diterangkan dalam gambar.
Pada gambar proyeksi
bidang potong dinyatakan oleh sebuah garis potong, yang digambar dengan garis
sumbu dan pada ujung-ujungnya dipertebal, dan pada tempat-tempat di mana garis potongnya berubah arah. Pada ujung-ujung
garis potong diberi tanda dengan huruf besar, dan diberi anak panah yang
menunjukkan arah penglihatan.
a. Aturan dan cara-cara penunjukan Garis dan huruf pada penampang potong
·
Garis
penunjukan pemotongan, ditunjukan dengan
garis strip titik yang ke dua ujungnya garis tebal.
·
Kemudian
diberi tanda panah mengarah pada penampang potongnya.
·
Untuk
pemotongan yang bercabang atau membelok, supaya lebih jelas dapat juga digambar
garis tebal pada belokannya.
·
Huruf
penunjukan ukuran dituliskan di luar tanda panah, dan ditulis pada posisi tegak
terhadap kertas gambar.
·
Bila
potongan lebih dari satu bidang potong pada satu benda, maka untuk memperjelas
dapat dituliskan huruf pada belokannya.
Gambar
5.44 Cara penunjukan garis potongan dan
huruf potongan
b.
Cara-cara
membuat potongan
- Tiga Potongan
dalam satu bidang
·
Potongan
dalam satu bidang potong melalui garis sumbu dasar.
Jika bidang potong
melalui sumbu dasar, pada umumnya garis potongnya dan tanda-tanda tidak perlu
dijelaskan pada gambar. (disebut potongan utama).
·
Potongan
yang tidak melalui sumbu dasar
Jika potongan tidak
melalui sumbu dasar, letak bidang potongnya harus dijelaskan pada garis
potongnya.
Gambar
5.45 Potongan melalui Garis sumbu dasar
Gambar
5.46 Potongan tidak melalui Garis sumbu dasar
Gambar
5.47 Potongan dengan garis bidang potong
-
Tiga Potongan dalam lebih dari satu bidang :
·
Potongan
dalam 2 penampang potong (Potongan meloncat).
·
Potongan
oleh dua bidang berpotongan.
· Potongan pada bidang
berdampingan.
Gambar
5.48 Potongan meloncat
Gambar
5.49 Potongan dengan dua bidang menyudut
Gambar
5.50 Potongan dengan bidang – bidang berdampingan
c. Macam-macam potongan
1.
Potongan
penuh (memotong seluruh bagian benda)
2.
Potongan
setengah (hanya separoh penampang yang dipotong)
3.
Potongan
setempat/sobekkan atau potongan lokal.
Gambar
5.51 Potongan penuh
Gambar
5.52 Potongan setengah
Gambar
5.53 Potongan
setempat
4.
Potongan
yang diputar di tempat atau dipindahkan
Bagian benda tertentu
seperti ruji roda, tuas, peleg, rusuk penguat, kait dan sebagainya,
penampangnya dapat digambarkan setempat atau setelah potongan diputar kemudian
dipindah ke tempat lain.
Gambar 5.54 Potongan diputar
Gambar
5.55 Potongan diputar
di tempat dan dipindahkan
5. Susunan potongan-potongan berurutan
Potongan-potongan
berurutan dapat disusun seperti pada. Hal ini diperlukan untuk memberi ukuran
atau alasan lain. Potongan-potongan pada Gambar 5.57 dan semuanya terletak pada
sumbu utama. Pada Gambar 5.58 masing-masing
terletak di bawah garis potongnya.
Gambar
5.56 Potongan berurutan
di sebelah
Gambar
5.57 Potongan berurutan
dibawah
6.
Potongan
benda tipis
Penampang-penampang
tipis, seperti misalnya benda-benda yang terbuat dari plat, baja profil, dsb
atau paking dapat digambar dengan garis tebal, atau seluruhnya dihitamkan. Jika
bagian-bagian demikian terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan
putih.
Gambar
5.58 Potongan benda
tipis
Gambar
5.59 Potongan benda tipis dengan ruang kosong diantaranya
Gambar
5.60 Potongan benda tipis digambar dengan garis tebal
d.
Bagian benda atau benda
yang tidak boleh dipotong arah memanjang. Bagian-bagian benda seperti rusuk
penguat tidak boleh dipotong arah memanjang. Begitu pula benda-benda seperti:
·
Baut
·
Paku
keling
·
Pasak
·
Poros
dan sebagainya
Lihat
gambar 5.60
Gambar
5.61 Bagian yang tidak boleh dipotong
5.2.2.3
Garis Arsir :
·
Untuk membedakan gambar
potongan dari gambar pandangan diperlukan arsir, yaitu garis-garis tipis
miring.
·
Kemiringan
garis arsir adalah 45° tehadap garis sumbu, atau garis gambar.
·
Sebuah
benda atau benda yang sama harus diarsir dengan jarak dan kemiringan yang sama.
·
Untuk
arsiran bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya (kemiringan), agar
jelas.
·
Penampang-penampang
yang luas dapat diarsir secara terbatas yaitu hanya pada keliling saja.
·
Garis
arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka, jika tidak dapat
dilakukan di luar daerah arsir.
Gambar
5.62 Macam-macam model arsir
Gambar
5.63 Arsir pada potongan sejajar
(meloncat)
Gambar 5.64 Arsir dari bagian-bagian yang
berdampingan
Gambar
5.65 Arsir dan angka
Gambar
5.66 Arsir bagian yang luas
Macam-macam arsir untuk bahan yang berbeda:
Baja, besi tuang, tembaga baja tuang, perunggu,
aluminium, dll.
Timbel (timah hitam), timah
putih, seng, dll.
Bahan isolasi, bahan-bahan sintetis, dll.
Batu,
poroselin, marmer, keramik, dll
LATIHAN
Buat gambar di bawah ini pada kertas lain dengan
skala 2 : 1
Gambarkan
dalam penampang potongan saparuhnya
Gambarkan
potongan penuh
Gambarkan
potongan setempat dari lubang yang dibor
5.2.3 Ukuran Dan
Tanda Pengerjaan
Ukuran dan tanda pengerjaan
sangat diperlukan dalam gambar kerja, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam
mengerjakan sebuah benda kerja.
5.2.3.1
Fungsi
Penunjukan Ukuran Gambar
Untuk memberikan suatu
penjelasan gambar yang lengkap pada suatu gambar kerja, maka semua keterangan
pada gambar tersebut harus lengkap. Diantaranya adalah ukuran gambar tersebut.
Sehingga dengan ukuran ini benda kerja dapat dibuat oleh pelaksana (operator).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah:
- Harus dipikirkan bagaimana benda tersebut dibuat dan
ukuran mana yang harus diperhatikan.
- Perencana harus
memberikan ukuran-ukuran tersebut pada tempat yang tepat, benar serta mudah dilihat.
- Dalam gambar
kerja ukuran dari suatu bagian tidak boleh ditunjukan lebih dari satu.
5.2.3.2 Cara-cara pemberian penunjukan ukuran
Beberapa bagian benda
dapat diberi penunjukan ukuran dengan mudah dan sistematis dengan membagi-bagi
bagian tersebut menjadi bentuk sederhana. Untuk bentuk bagian yang rumit,
apabila kita analisa, maka akan kita dapatkan bentuk-bentuk berupa Silinder,
Prisma, Piramid, Konis dan bentuk segi teratur lainnya.
Penunjukan ukuran dari
suatu objek dapat dilakukan dengan penunjukan ukuran dari masing-masing bentuk
elemennya serta menentukan bidang patokan ukuran (basis ukuran).
a.
Prinsip
penunjukan ukuran
· Satuan ukuran
Satuan ukuran adalah
angka/besaran ukuran, ditentukan dalam satuan
yang sama yaitu dalam satuan mm (mili meter).
Jika dikehendaki satuan
lain, misal cm (centi meter) maka satuan harus dicantumkan.
·
Garis
proyeksi
Garis proyeksi atau garis
bantu penunjukan ukuran, umumnya digambar tegak lurus pada bagian yang diberi
ukuran, dilukis dengan garis tipis.
·
Garis
petunjuk ukuran
Garisnya digambar dengan
garis tipis dan diakhiri dengan tanda panah.
·
Tanda
panah
Tanda panah adalah suatu
tanda awal dan akhir suatu penunjukan ukuran panjang anak panah (L) diambil 12 ´ tebal garis ukuran.
Gambar 5. 67 Penunjukan
ukuran
b. Sifat-sifat penunjukan ukuran
·
Penunjukan
ukuran besaran
Menunjukkan berapa
panjang, lebar, tinggi dari suatu benda kerja, komponen, lubang atau alur.
·
Penunjukan
ukuran kedudukan
Menunjukkan berapa jarak
kedudukan lubang atau alur dan bentuk lainnya yang diukur dari suatu bidang
patokan ukuran (basis ukuran).
Gambar 5. 68 Penunjukan ukuran besaran
Gambar 5. 69 Penunjukan ukuran kedudukan
·
Penunjukan
ukuran pembantu
Pemberian ukuran
berlebihan harus dihindari. Bila harus dicantumkan maka pencan-tumannya harus
dalam tanda kurung (…….) yang disebut ukuran pembantu.
Gambar 5. 70 Penunjukan ukuran pembantu
c. Sistem penunjukan ukuran
·
Penunjukan
ukuran sistem berantai
Digunakan apabila jarak
setiap lubang lebih berfungsi dari panjang keseluruhan.
Gambar 5. 71 Penunjukan ukuran sistem berantai
·
Penunjukan
ukuran sistem paralel/sejajar
Penunjukan ukuran dari
satu patokan yang sama dan jarak antara setiap lubang tidak begitu berfungsi
Gambar 5. 72 Penunjukan ukuran sistem sejajar
·
Penunjukan
ukuran gabungan (kombinasi)
Penunjukan sistem ini
paling banyak dipakai yaitu peng-gunaan dari sistem berantai dan sejajar.
Gambar 5.73 Penunjukan ukuran sistem kombinasi
·
Penunjukan
ukuran dalam dan luar
Penunjukan ukuran dalam
dan luar harus dipisahkan sejauh
mungkin.
Salah benar
Gambar 5. 74 Penunjukan ukuran Dalam dan luar
d.
Penggolongan
penunjukan ukuran
Penunjukan
ukuran fungsi (F) Digunakan untuk menentukan suatu bentuk ukuran dan posisi
komponen, ditinjau langsung terhadap fungsi dari benda kerja atau susunan tersebut,
yang dianggap paling penting.
·
Penunjukan
ukuran non fungsi (NF)
Digunakan apabila
memberikan penunjukan ukuran suatu bentuk, posisi yang tidak ditinjau dari
fungsinya, melainkan ditinjau terhadap hal lain, misalnya pertimbangan kekuat-an,
pengerjaan, pengecekan ukuran dan lain sebagainya.
·
Penunjukan
ukuran pembantu (H)
Adalah penunjukan ukuran
tambahan, yang berfungsi sebagai pembantu operator agar tidak menghitung sisa
ukurannya.
Gambar
5.75 Penampang ulir luar dan ulir dalam
Gambar
5.76 Penunjukan ukuran fungsi dan non fungsi
e.
Pengaturan
Penunjukan Ukuran
·
Penunjukan
ukuran champer
Gambar
5.77 Penunjukan ukuran champer
Jika sudut champer 45° maka penunjukan ukuran dapat seperti gambar di
bawah ini.
Gambar
5.78 Penunjukan ukuran champer 45o
· Penunjukan ukuran untuk jarak yang sama
Metode ini digunakan,
apabila jarak pengambilan dalam gambar sama atau bentuk yang teratur.
Gambar
5.79 Penunjukan ukuran jarak panjang yang sama
Gambar
5.80 Penunjukan ukuran sudut yang sama
Gambar
5.81 Penunjukan ukuran untuk bidang
simetris
·
Penunjukan
ketirusan
Simbol penunjukan tirus
yang beraturan, letak simbol harus sesuai dengan arah tirusnya.
Gambar
5.82 Simbol penunjukan tirus
Gambar
5.83 Penunjukan ukuran tirus
·
Penunjukan
kemiringan
Simbol
untuk kemiringan bidang datar yang beraturan, dan ditunjukkan sesuai dengan
arah dari kemiringan.
Gambar
5.84 Simbol penunjukan kemiringan
Gambar
5.85 Penunjukan ukuran kemiringan
·
Penunjukkan
ukuran khusus dapat digambar miring, tetapi dengan yang lainnya harus sejajar.
Gambar
5.86 Penunjukan ukuran khusus
·
Penunjukkan
ukuran ujungnya mempunyai sudut, radius di champer.
Gambar
5.87 Penunjukan ukuran bidang menyudut
· Penunjukan ukuran
tali busur, lengkung dan sudut
Gambar 5.88 Penunjukan ukuran tali busur, lengkung dan sudut
· Penunjukan ukuran
untuk pandangan sebagian
Gambar
5.89 Penunjukan ukuran Pandangan sebagian
· Penunjukkan ukuran untuk Radius :
5.
Untuk
lubang harus ditandai dengan diameter f, dan untuk lengkung
ditandai dengan Radius R.
6.
Penunjukkan radius, tetapi alur yang
berujung radius cukup dengan lebarnya
7.
Penunjukkan lubang atau poros yang berulir
harus dicantumkan pada diameter yang
terbesar dari ulir tersebut.
Gambar
5.90 Penunjukan ukuran radius
Gambar
5.91 Penunjukan ukuran alur lubang
Gambar
5.92 Penunjukan ukuran poros berulir
Gambar
5.93 Penunjukan ukuran lubang berulir
· Penunjukan Huruf dan tanda-tanda untuk pelengkap
Gambar
5.94 Penunjukan huruf dan simbol
pelengkap yang benar
Gambar
5.95 Penunjukan symbol pelengkap
harus dihilangkan
Gambar
5.96 Penunjukan perintah
Gambar
5.97 Penunjukkan ketebalan material
·
Penunjukkan
untuk radius atau diameter dari suatu bentuk “bola”, angka ukuran harus
didahului oleh kata “bola” atau S (Share)
Gambar
5.98 Penunjukan symbol bentuk bola
Gambar
5.99 Penunjukan symbol bentuk lubang
bola
· Pemberian tanda-tanda khusus
Apabila dari suatu
komponen/bagian, sebagaian permukaan yang harus dikerjakan lanjut, maka
permukaan tersebut diberi tanda dengan garis strip-strip titik tebal.
Gambar 5.100 Penunjukan tanda khusus pengerjaan lanjut
0 comments:
Post a Comment